Berbahagialah

Berbahagialah

Selasa, 14 Januari 2014

Untuknya, siapa aku?

Aku berada di posisi dimana ikan membutuhkan air untuk bertahan hidup, awan dengan langitnya untuk terus terbang, bongkahan es dengan suhu dinginnya agar tidak mencair, gunung dengan tingginya dan api dengan panasnya. Aku yang tak pernah bisa berdiri sendiri sebelumnya, aku yang tak pernah bisa tertawa lepas sebelumnya, aku yang tak pernah bisa merasakan rindu sebelumnya dan aku yang tak pernah bisa menikmati senja dengan senyum merekah di bibirku sebelumnya. Kini, aku merasakan semuanya setelah aku mengenalnya. Mengenal sosok yang kemudian memberiku semua yang tak pernah aku rasakan sebelumnya.

Dia masuk ke dalam hidupku, dia mewarnai hariku, dia menulis ceritanya denganku, dia merubah alur hidupku, dia menerbangkan harapku, dia mengangkatku tinggi, dia mengisi kerajaan hatiku, dia pemeran utama kisah cintaku. Dialah obat untuk sakitku, dialah penopang untuk rapuhku, dialah sandaran untuk lelahku, dialah semangat untuk malasku, dialah senyum dalam sedihku, dialah tawa dalam tangisku. Dia segalanya untukku.

Tidakkah dia tau perasaanku? Tidakkah dia mengerti? Setelah sekian lama kita bersama, setelah semua senja yang kita lewati, setelah semua pelangi yang mewarnai hari, setelah semua cahaya matahari yang menyinari bumi dan setelah semua malam dengan indah mimpinya. Tidakkah dia merasakan hal yang sama denganku? Setelah semua hal yang kita lakukan bersama selama ini?

Matahariku tak lagi bersinar. Pelangiku tak lagi berwarna.

Terdiam di sudut kesendirian, termenung dalam gelapnya malam. Matahariku tak lagi memancarkan sinarnya, pelangiku tak lagi memperlihatkan indah warnanya. Dia pergi, dia menjauh, dia menghilang dengan semua bayangnya di penghujung malam. Tanpa kata, tanpa rasa. Dia seakan mudah menghapus jejak cerita, dia seakan tak merasakan rasa dalam relung perasaannya. Semua hilang seakan terbawa angin, terbang melayang. Semua lenyap seakan ditelan bumi, tak bersisa. Dia pergi seakan aku tak berarti, dia pergi seakan dia tak peduli.

Nyatanya semua kisah kita bukanlah hal yang berarti untuknya, nyatanya semua tawa kita bukanlah hal yang berkesan untuknya, nyatanya perasaan ini hanyalah untukku, nyatanya aku bukanlah sosok yang dia harapkan selama ini. Bahagiaku sempat terus bersamamu, bahagiaku sempat menghabiskan waktu denganmu, bahagiaku ketika sumber kebahagiaanku bahagia dengan kebahagiaannya.

Aku yang hanya bisa memandang jauh kedalam isi cerita kita dahulu, aku yang hanya bisa memeluk erat bayangan indah kisah masa lampau, aku yang hanya dapat terus memandangi pintu menunggu sapaan hangatnya, aku yang hanya dapat terus melihat telepon genggamku mengharapkan kabar darinya. Aku kehilangan dia yang selalu ada untukku, aku kehilangan dia yang selalu dapat membuat mukaku merah merona, aku kehilangan hangat senyumnya, aku kehilangan separuh diriku.

Aku akan terus mengaguminya bahkan hingga saat dia pergi tanpa kata, tanpa rasa dan tanpa mau peduli kisah kita. Entah sampai kapan aku akan berdiri disini, entah sampai kapan aku akan membuka hatiku untuk menunggunya. Menunggu sang pemeran utama kisah cinta di kerajaan hatiku. Terimakasih untuk semua pagi kita, terimakasih untuk semua senja kita, terimakasih untuk semua bahagia kita. Selamat menyinari bahagiamu matahariku, selamat mewarnai bahagiamu pelangiku. Semesta akan selalu menyimpan cerita tentang indahnya kisah kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar